Senin, 18 November 2013

Definisi Psikologi

Definisi Psikologi

 

 Pengertian psikologi menurut para ahli:
    • Crow & Crow Pschycology is the study of human behavior and humanrelationship. (Psikologi ialah tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik berupa manusialain (human relationship) maupun bukan manusia: hewan, iklim,kebudayaan, dan sebagainya.
    •  Sartain Psychology is the scientific study of the behavior of livingorganism,with especial attention given to human behavior.(Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah lakuorganisme yang hidup, terutama tingkah laku manusia).
    • Bruno (1987) Pengertian Psikologi dibagi dalam tiga bagian, yaitu: Pertama,psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua,psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidup mental”.Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkahlaku” organisme.
    •  Chaplin (1972) dalam Dictionary of psychologyPsikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusiadan hewan.
    •  Ensiklopedia Pendidikan, Poerbakawatja dan Harahap (1981) Psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mengadakanpenyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan – kegiatan jiwa.
    • Richard Mayer (1981) Psikologi merupakan analisi mengenai proses mental danstruktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia. 
    • Coffka (1925) Definisi psikologi sementara ini, kita boleh mengatakan pokok masalahnya adalah studi ilmiah mengenai perilaku makhluk hidup dalam hubungan mereka dengan dunia luar. 
    • Gates(1931) Secara luas psikologi mencoba menemukan peraturan umum yang menerangkan perilaku orgnisme hidup. Bidang ini mencoba menunjukkan, menerangkan dan menggolongkan berbagai macam kegiatan yang sanggup dilakukan oleh binatang, manusia atau lainnya. 
    • Watson (1919) Bagi aliran Behaviorisme psikologi merupakan bagian dari ilmu yang menekankan perilaku manusia, perbuatan dan ucapannya baik yang dipelajari maupun yang tidak sebagai pokok masalah 
    • Angell (1910)Semua kesadaran normal atau abnormal, manusia  atau binatang, merpakan pokok permasalahan yang dicoba untuk dijelaskan oleh ahli psikologi, dan tidak ada definisi ilmu ini yang sepenuhnya dapat di terima, semua bunyinya kurang lebih sama.


    Pengertian Psikologi Menurut Lintasan Sejarah

           Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata psyche yang berarti ”jiwa”, dan logos yang berarti ”ilmu”. Jadi, secara harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan.
           Begitulah untuk rentang waktu yang relatif lama, terutama ketika masih merupakan bagian atau cabang dari filsafat, psikologi diartikan seperti pengertian tersebut. ”pada masa lampau,” demikian kata Paul Mussen dan Mark R. Rosenzwieng dalam buku mereka, psychology an Introduction, ”psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mind (pikiran), namun dalam perkembangannya, kata mind berubah menjadi behavior (tingkah laku), sehingga psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
           Sementara ahli memang kurang sependapat bahwa psikologi sama dengan ilmu jiwa walaupun ditinjau dari arti kata kedua istilah itu sama. W.A Gerungan adalah salah satu diantara para ahli psikologi yang tidak sependapat.
        1) Ilmu jiwa itu merupakan istilah bahasa Indonesia sehari-hari dan yang dikenal tiap-tiap orang, sehingga kami pun menggunakannya dalam artiannya yang luas dan telah lazim dipahami orang. Adapun kata psikologi merupakan istilah ilmu pengetahuan, suatu istilah yang scientific, sehingga kami pergunakan untuk menunjukan pengetahuan ilmu jiwa yang bercoarak ilmiah tertentu.
        2) Ilmu jiwa kami gunakan arti yang lebih luas daripada istilah psikologi. Ilmu jiwa mwliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, dan juga segala khayalan dan spekulasi mengenai jiwa itu. Psikologi meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat-syaratnya seperti yang dimufakati para sarjana psikologi pada zaman sekarang ini. Istilah ilmu jiwa menunjukan ilmu jiwa pada umumnya, sedangkan istilah psikologi menunjukan ilmu jiwa yang ilmiah menurut norma-norma ilmiah modern.
           Dari kutipan panjang ini, dapat diambil kesimpulan bahwa apa saja yang disebut ilmu jiwa belum tentu psikologi, sebaliknya apa yang disebut psikologi itu termasuk ilmu jiwa.
           Tampaknya, para ahli psikologi modern, belakangan ini memang tidak lagi mengartikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan, sebab apa yang dimaksud dengan jiwa itu tidak ada seorang pun yang tahu persis. Malah, jauh-jauh hari, Thomas Alva Edison (1847-1931) pernah berujar, ”My mind is incapable of conceiving such a thing as a soul” (Pikiran saya tidak mampu untuk memahami hal sepeti jiwa). Ini disebabkan jiwa yang mengandung arti sangat abstrak itu sukar dipelajari secara objektif.
           Jadi, amat sukar untuk mengenal jiwa manusia karena sifatnya yang abstrak. Satu-satunya cara yang dapat dilakukan adalah mengobservasi prilakunya, meskipun prilaku bukan merupakan percerminan jiwa secaar keseluruhan. Itulah sebabnya, Allah SWT. menegaskan dalam firman-Nya yang artinya:
           Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang jiwa atau roh, maka katakannlah bahwa jiwa (roh) itu adalah urusan Tuhan dan kamu tidak diberi pengetahuan (tentang jiwa itu) kecuali sedikit saja (Q.S. Al-Isra’, 17: 85).
           Ayat tersebut bukan berarti menutup kemungkinan untuk mengkaji tentang jiwa. Meskipun hanya sedikit, ayat itu mngisayaratkan bahwa jiwa atau roh adalah sesuatu yang bisa dipelajari. Namun yang paling penting untuk dikatakan disini adalah bahwa roh dan jiwa (roh yang telah mempribadi) setidak-tidaknya merupakan suatu konsep yang bisa dipelajari sebagai subtansi tersendiri, apabila Al-Qur’an juga menunjukan berbagai aspek yang sifatnya bisa diubah dam dikembangkan. Memang, dengan mengatakan hal tersebut , Al-Qur’an mengisyaratkan agar manusia mengarahkan studinya pada hal-hal yang lebih konkret dan bermanfaat bagi manusia, misalnya mengenai prilaku manusia itu sendiri. Akan tetapi pembicaraan secara mendalam dan khusus mengenai jiwa, walupun tetap berkaitan dengan raga, agaknya tidak terlelakan dalam kegiatan berfikir. Plato dapat disebut orang pertama yang memulai studi tentang objek yang lebih khusus ini. Ia mulai membedakan antara jiwa dan raga sedemikian rupa sehingga orang memperoleh pengertian mengenai adanya konsep dualisme jiwa-raga.
           Dalam teorinya tentang ”Pengingatan-kembali”, plato mengungkapkan dua proposisi; Pertama, jiwa sudah ada sebelum adanya badan di dalam yang lebih tinggi daripada alam materi. Kedua, pengetahuan rasional tidak lain adalah pengetahuan tentang realitas-realitas yang tetap di dalam yang lebih tinggi, yang oleh plato disebutdengan archetypes.
           Plato, dengan dua proposisi di atas, jelas menekankan lebih pentingnya jiwa daripada raga dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, tubuh mempunyai nilai yang lebih rendah dari jiwa. Akan tetapi, jiwa pun bisa rusak juga, dan kerusakan itu berasal dari badan. Muridnya, Aristoteles, mempunyai pendapat yang berbeda denganya. Ia melihat dalam kesatuan badan-jiwa. Namun, pandangannya juga mengandaikan adanya badan dan jiwa yang berbeda, walaupun dalam asensinya menolak pandangan yang dualitas.
          Menjelang abad modern, dalam kurun pencerahan Eropa Barat, tokoh yang tampil dalam pembahasan dualisme jiwa-badan adalah Rne Descartes (1596-1650) yang terkenal dengan ungkapan ”cogito Ergo Sum” (saya berpikir, karena itu saya ada).
           Berbeda dengan plato, yang melihat hubungan jiwa dan badan sebagai pembagian fungsi antara badan sebagai kapal dan jiwa sebagai nakodanya, yang mengemudikan dan memimpin, Descartes melihat kesalingterkaitannya, yaitu jiwa pada hakikatnya mengarah ke badan, kalau badan sakit jiwa turut merasakannya. Akan tetapi, jiwalah yang memberi kesadaran dan arti pada badan dan menunjukan adanya ”aku”. Keduanya berbeda, namun saling berkaitan. Badan dilukiskan sebagai mesin yang, walaupun ada subtansinya, belum bisa dibilang manusia jika tidak ada jiwanya yang bisa mengatakan ”aku”. Dan perkataan ”aku” ini lahir ketika subtansi itu mulai berpikir.
           Sebagai dampak lebih lanjut dari konsep dualisme diatas, lahir berbagai pendapat yang bertentangan dan membentuk kutub-kutub pendapat mengenai kedudukan adan hubungan jiwa-raga, dan selanjutnya melahirkan berbagai pendapat yang terletak diantara dua kutub itu.
           Akibat perbedaan pendapat diantara filsuf-filsuf yunani itu, pada perkembangan berikutnya muncul bermacam-macam aliran, yaitu:
        1) Golongan materrialisme mengatakan bahwa jiwa tidak lain hanya jiwa (badan), dan tidak ada sifat-sifat khusus padanya.
        2) Golongan spiritualisme menganggap bahwa jiwa tidak berasal dari alam kebendaan, tetapi dari alam ketuhanan dan mempunyai kekuatan kekuatan-rohami, yang turun kebawah dan dari alam yang tinggi.
        3) Ada yang berpendapat tengah-tengah dan menganggap jiwa sebagai campuran antara badan dan roh, atau uap yang panas seperti yang dikatakan kaum stoa, atau jiwa itu gambaran badan seperti pendapat aristoteles dan pengikut-pengikutnya.
           Filsuf-filsuf besar yunani mempelajari berbagai gejala jiwa, dan mereka dapat membedakan perasaan dan pemikiran. Buku-buku yang dikarang oleh mereka dalam lapangan ilmu jiwa berpengaruh juga kepada kaum muslimin. Diantaranya ialah buku-buku:
    1) Phaedo dan Temaieus oleh Plato.
    2) De Anima (jiwa) dan Parva Naturalia (alam kecil) dari aristoteles.
    3) On Sense Perception (tentang pengenalan indra) dari Theophrastus (meninggal 286 M).
    4) Tentang jiwa (An-Nafs) dari Alexander dari Aphrodisias.
    5) Ulasan-ulasan terhadap buku Aristoteles, Anima, dari Themisitus dan lamblichus (aliran Iskandariah).
    6) Buku-buku kedokteran dari Hyppocrates dan Galenus.
    7) Buku-buku dari Plotinus, yaitu Theologia dan Kebaikan Murni yang mempunyai peranan penting dalam pembahasan kaum muslimin tentang jiwa.

           Buku-buku tersebut diketahui oleh kaum muslimin, baik langsung ataupun tak langsung, dan menjadi bahan yang baik bagi mereka.
        Golongan teologi islam dan orang-orang sufi bisa dianggap sebagai orang yang pertama-tama memperluas tentang pembahasan jiwa meskipun kadang-kadang terdapat keganjilan-keganjilan dan perlawanan didalamnya. Mereka berusaha untuk menguraikan hakikat jiwa serta macam-macamnya dan menetapkan kebaruan serta kemahlukannya sebelum bertempat di badan, kemudian membuktikan keabadian jiwa sesudah berpisah dari badan.
        Pendapat ulama kalam terbagi tiga bagian, seperti yang terdapat pada filsuf-filsuf Yunani, yaitu aliran materialisme, aliran spiritualisme, dan aliran tengah-tengah.
        Ibnu Sina memberikan perhatian khusus terhadap pembahasan kejiwaan ini (Peorwantara dalam Alex Sobur, 2009: 23). Ia banyak menjadikan pikiran-pikiran Aristoteles sebagai sumber pikirannya. Namun, hal itu tidak berarti bahwa Ibnu Sina tidak mempunyai kepribadian sendiri yang berbeda dengan pikiran-pikiran sebelumnya, baik dalam segi pembahasan fisika maupun segi metafisika. Dalam segi fisika, ia banyak memahami metode eksperimen dan banyak terpengaruh oleh pembahasan lapangan kedokteran. Dari segi metafisika, terdapat kedalaman dan pembaharuan yang menyebabkan ia mendekati pendapat filsuf-filsuf modern. Segi metafisika ini pula yang lebih menonjol dalam pembahsan-pembahsan kejiwaannya.
        Pengaruh Ibnu Sina dalam soal penjiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada dunia pikir Arab sejak abad ke-10 Masehi sampai akhir abad ke-19 Masehi, maupun pada filsafat skolastik Yahudi dan Masehi, terutama pada Gundissalinus, Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon, dan Dun Scot. Bahkan, ada juga pertaliannya dengan pikiran-pikiran Descartes tentang hakikat jiwa dan wujunya.
        Lapangan kejiwaan Ibnu Sina lebih banyak menarik perhatian pembahas-pembahas masa modern daripada segi-segi filsafatnya, antara lain berupa penerbitan buku-buku karangannya dan kupasannya serta tinjaun terhadap pandangan-pandangannya tentang kejiwaan. Diantara mereka ialah:
    1) S. Landauser yang menrbitkan karangan Ibnu Sina yang berjudul Risalatul- Quwa An- Nasiah (Risalah tentang Kekuatan Jiwa), tahun 1875, berdasarkan teks asli Arab dan teks-teks Ibrani serta Latin.
    2) Carra de Vaux dalam bukunya Avicenna.
    3) Dr. Gamil Saliba dalam bukunya Etude sur la Metaphysique d’Avicenna (Tinjauan tentang Segi Metafisika Ibnu Sina).
    4) Dr. Usman Najati dalam bukunya Nadlariat al- Idrak al- hissi’inda Ibnu Sina (Teori Persepsi Indra pada Ibnu Sina).
    5) B. Haneberg yang mengarang buku Zur Erkentnislehre von Ibnu Sina (Tentang Teori Pengenalan pada Ibnu Sina).

           Segi-segi kejiwaan pada Ibnu Sina pada garis besarnya dapat dibagi dua segi, yaitu:
    1) segi fisika, yang membicarakan macam-macam jiwa, pembagian kebaikan-kebaikan, jiwa manusia, indra, dan pembahasan lain yang biasa termasuk dalam ilmu jiwa yang sebenarnya.
    2) segi metafisika, yang membicarakan wujud dan hakikat jiwa, pertalian jiwa dengan badan, dan keabadian jiwa.

           Apapun pendapat manusia tentang jiwa, tentulah masih serba terbatas. Karena keterbatasan pengetahuan manusia tentang jiwa atau roh ini, timbulah berbagai pendapat mengenai definisi tentang psikologi yang saling berbeda.

    Senin, 11 November 2013

    pagaralam

    KOTA PAGARALAM 

    Sejarah Kota Pagaralam  

    SUKU BESEMAH (PASEMAH)

           Ilustrasi menarik mengenai tempat orang-orang Basemah pernah dituliskan oleh JSG Grambreg, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda yang ditulisnya tahun 1865 sebagai berikut : " Barang siapa yang mendaki Bukit Barisan dari arah Bengkulu, kemudian menjejakkan kaki di tanah kerajaan Palembang yang begitu luas dan barang siapa yang melangkahkan kakinya dari arah utara Ampat Lawang (negeri empat gerbang) menuju ke dataran Lintang yang indah, sehingga ia mencapai kaki sebelah Barat Gunung Dempo, maka sudah pastilah ia di negeri orang Pasemah. Jika ia berjalan mengelilingi kaki gunung berapi itu, maka akan tibalah ia di sisi timur dataran tinggi yang luas yang menikung agak ke arah Tenggara, dan jika dari situ ia berjalan terus lebih ke arah Timur lagi hingga dataran tinggi itu berakhir pada sederetan pengunungan tempat, dari sisi itu, terbentuk perbatasan alami antara negeri Pasemah yang merdeka dan wilayah kekuasaan Hindia Belanda".
           Dari kutipan itu tampak bahwa saat itu wilayah Pasemah masih belum masuk dalam jajahan Hindia Belanda. Operasi-operasi militer Belanda untuk menaklukkan Pasemah sendiri berlangsung lama, dari 1821 sampai 1867 Johan Hanafiah budayawan Sumatra Selatan, dalam sekapur sirih buku Sumatra Selatan Melawan Penjajah Abad 19 tersebut menyebutkan bahwa perlawanan orang Pasemah dan sekitarnya ini adalah perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatan abad 19, berlangsung hampir 50 tahun lamanya. Johan Hanafiah juga menyatakan bahwa pada awalnya orang-orang luas, khususnya orang Eropa, tidak mengenali siapa sebenarnya orang-orang Pasemah. Orang Inggris, seperti Thomas Stamford Rafless yang pahlawan perang Inggris melawan Belanda di Jawa (1811) dan terakhir mendapat kedudukan di Bengkulu dengan pangkat besar (1817-1824) menyebutnya dengan Passumah. Dalam The British History in West Sumatra yang ditulis oleh John Bastin, disebutkan bahwa bandit-bandit yang tidak tahu hukum (lawless) dan gagah berani dari tanah Passumah pernah menyerang distrik Manna (salah satu nama kota di bengkulu selatan) tahun 1797.

           Disebutkan pula bahwa pada tahun 1818, Inggris mengalami dua malapetaka di daerah-daerah Selatan yakni perang dengan orang-orang Passumah dan kematian-kematian karena penyakit cacar. Pemakaian nama Passumah sebagaimana digunakan oleh orang Inggris tersebut rupanya sudah pernah pula muncul pada laporan orang Portugis jauh sebelumnya.

           Nama Pasemah yang kini dikenal sebetulnya adalah lebih karena kesalahan pengucapan orang Belanda, demikian menurut Mohammad Saman seorang budayawan dan sesepuh besemah. Adapun pengucapan yang benar adalah Besemah sebagaimana masih digunakan oleh penduduk yang bermukim di Pagaralam Suku Besemah, yang sering disebut sebagai suku yang suka damai tetapi juga suka perang (Vrijheid lievende en oorlogzuchtige bergbewoners) adalah suku penting yang terdapat di Sumatera Selatan. Pada zaman sebelum Masehi (SM), pada peta yang dibuat oleh Muhammad Yamin, belum tampak nama suku-suku lain yang tercantum, kecuali suku Besemah. Local Jenius Suku Besemah, sebagai salah satu pemilik kebudayaan Megalitikum, disebut suku yang memiliki local genius. Tetapi sayang, tidak diwariskan kepada anak-cucu (keturunannya).

           Mengenai asal-usul suku Besemah, hingga saat ini masih diliputi kabut rahasia. Yang ada hanyalah cerita-cerita yang bersifat legenda atau mitos, yaitu mitos Atung Bungsu, yang merupakan salah satu di antara 7 orang anak ratu (= raja) Majapahit, yang melakukan perjalanan menelusuri sungai Lematang, akhirnya memilih tempat bermukim di dusun Benuakeling.

           Atung Bungsu menikah dengan putri Ratu Benua Keling, bernama Senantan Buih (Kenantan Buih). Melalui keturunannya :
    Bujang Jawe (Puyang Diwate),
    Puyang Mandulike,
    Puyang Sake Semenung,
    Puyang Sake Sepadi,
    Puyang Sake Seratus,
    dan Puyang Sake Seketi

    yang menjadikan penduduk Jagat Besemah. Cerita tentang asal-usul suku Besemah sangat mistis, irasional, dan sukar dipercaya kebenarannya. Masalahnya bukan persoalan benar atau salah, dipercaya atau tidak, akan tetapi unsur yang sangat penting dalam mitos atau legenda adalah peran dan fungsinya sebagai pemersatu kehidupan suatu masyarakat (jeme Besemah). Mitos atau legenda ini dapat menjadi antisipasi disintegrasi kesatuan dan persatuan jeme Besemah di mana pun mereka berada. Hal ini sudah sudah tampak dalam beberapa dekade, terutama setelah pemerintahan marga dihapuskan (UU No.5 Tahun 1979). Perlu selalu ditanamkan perasaan dan keyakinan bahwa jeme Besemah itu (termasuk jeme Semende dan jeme Kisam) berasal dari satu keturunan BERDIRINYA DUSUN DI JAGAT BESEMAH Puyang Kunduran membuat dusun Masambulau (Ulu Manak) dan di kemudian hari anak-cucunya membuat dusun Gunungkerte, termasuk Sumbay Besak (Sumbay Besar), Puyang Keriye Beraim membuat dusun Gunungkaye, dan Sumur. Kemudian anak-cucu Keriye Beraim membuat dusun Talangtinggi dan Muarajauh (Ulu Lurah), Puyang Belirang membuat dusun Semahpure dan anak cucunya pindah pula membuat dusun di Ulu Manak. Puyang Raje Nyawe pindah pula membuat dusun Perdipe, Petani dan Pajarbulan.

           Anak cucunya pindah pula membuat dusun Alundua, Sandarangin, Selibar, Rambaikace, Sukemerindu, Kutaraye, Babatan, Sadan, Nantigiri, Lubuksaung, Serambi, Bendaraji, Ulu Lintang Bangke, Singapure, Buluhlebar, Gunungliwat, Tanjungberingin, Ayikdingin, Muarasindang, Tebatbenawah, Rempasai, Karanganyar, semuanya masuk Sumbay Besak. Puyang Raje Nyawe pindah ke Semende, membuat dusun Pajarbulan.

           Puyang Raje Nyawe kembali ke dusun Perdipe menyebarkan agama Islam dan adat istiadat perkawinan secara islami. Dari Semende banyak penduduk yang pindah keKisam dan masih banyak cerita mengenai pendirian dusun-dusun di Tanah Besemah ini.
           Sistem Pemerintahan Tradisional Sistem pemerintahan tradisional di daerah Besemah disebut Lampik Empat Merdike Due yang dipimpin oleh kepala-kepala sumbay. Besemah waktu itu merupakan suatu republik yang paling demokratis. Tanggungjawab dan kesetiaan sangat ketat dibina oleh orang Besemah. Rasa solidaritas dan loyalitas yang sangat tinggi itulah yang menyebabkan prajurit-prajurit Besemah dapat melakukan perlawanan terhadap Kolonialisme.Dari kutipan itu tampak bahwa saat itu wilayah Pasemah masih belum masuk dalam jajahan Hindia Belanda. Operasi-operasi militer Belanda untuk menaklukkan Pasemah sendiri berlangsung lama,dari 1821 sampai 1867 Johan Hanafiah budayawan Sumatra Selatan, dalam sekapur sirih buku Sumatra Selatan Melawan Penjajah Abad 19 tersebut menyebutkan bahwa perlawanan orang Pasemah dan sekitarnya ini adalah perlawanan terpanjang dalam sejarah perjuangan di Sumatera Selatan abad 19, berlangsung hampir 50 tahun lamanya. Johan Hanafiah juga menyatakan bahwa pada awalnya orang-orang luas, khususnya orang Eropa, tidak mengenali siapa sebenarnya orang-orang Pasemah. Orang Inggris, seperti Thomas Stamford Rafless yang pahlawan perang Inggris melawan Belanda di Jawa (1811) dan terakhir mendapat kedudukan di Bengkulu dengan pangkat besar (1817-1824) menyebutnya dengan Passumah. Dalam The British History in West Sumatra yang ditulis oleh John Bastin, disebutkan bahwa bandit-bandit yang tidak tahu hukum (lawless) dan gagah berani dari tanah Passumah pernah menyerang distrik Manna (salah satu nama kota di bengkulu selatan) tahun 1797.



        

    Gunung Dempo

    Kebun Teh di Gunung Dempo
    Ketinggian 3,173 meter (10,410 kaki)[1]
    Daftar Ribu
    Lokasi
    Lokasi Sumatera, Indonesia
    Pegunungan Bukit Barisan
    Koordinat 4,03°LS 103,13°BT
    Geologi
    Jenis Stratovolcano
    Letusan terakhir 2009
           Gunung Dempo (3159 mdpl) terletak di perbatasan provinsi Sumatera Selatan dan provinsi Bengkulu. Untuk mencapai desa terdekat, terlebih dahulu anda harus mencapai kota Pagar Alam, kurang lebih 7 jam perjalanan darat dari Palembang. Dari ibukota Sumatera Selatan ini tersedia banyak bus ke arah Pagar Alam. Atau apabila anda dari Jakarta, sebelumnya dapat menumpang bus jurusan Bengkulu atau Padang, dan turun di Lahat.
           Kota Pagar Alam, memang sesuai dengan namanya, kota ini jelas dikelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan dan yang tertinggi dari barisan tersebut adalah Gunung Dempo. Gunung ini sangat indah menjulang tegak menggapai langit nan biru apabila dilihat pada pagi hari.
           Oleh karena itu sangat tepat bila bermalam dulu di kota ini, disini banyak tersedia losmen atau motel, berkisar Rp. 20.000 semalam. Budaya kota yang sudah berbaur dari berbagai suku baik pendatang maupun asli menciptakan kedamaian yang anda tidak peroleh di kota-kota besar.
           Dari terminal Pagar Alam, terlebih dulu mencarter mobil/taksi untuk jurusan Pabrik Teh PTPN III yang jaraknya mencapai 15 km dari terminal. Di pabrik ini ada baiknya anda berkenalan dengan seseorang yang biasa dipanggil pak Anton, beliau termasuk yang dituakan oleh para pencinta alam seantero Sumsel-Lampung. Dengan meminta bantuannya, mobil carteran akan membawa anda ke desa terdekat dari kaki gunung Dempo, yang dapat memakan waktu lebih dari 20 menit, karena jalannya cukup terjal, berkelok dengan melewati hamparan kebun teh nan hijau.
           Jalur menuju ke puncak gunung inipun sudah sangat jelas dan bahkan di hari-hari biasa pun banyak orang desa yang sengaja naik ke puncak baik itu untuk mencari kayu ataupun sekedar berhiking.

    Kebun Teh Gunung Dempo

           Meski gunung ini cukup tinggi, tetapi air jernih yang ada terdapat sampai setengah perjalanan ke gunung ini sehingga para pendaki tidak perlu khawatir kehabisan air minum selama perjalanan. Sebuah sungai kecil yang jernih, mengalir di perbatasan hutan pertanda kita mulai memasuki daerah hutan yang ditumbuhi dengan tumbuhan yang mirip seperti yang kita dapati di gunung Gede-Pangrango, yaitu hutan montana. Jalan setapak penuh dengan akar-akar yang melintang, kemiringan lereng sendiri cukup curam untuk memeras keringat. Tidak ada tanda-tanda khusus, keadaan hutan ini hampir homogen dan sangat hening.
          Empat atau lima jam kemudian, kita akan memasuki daerah dengan vegetasi tumbuhan berpohon rendah dan semakin rendah, beberapa daerah agak terbuka, pandangan pun menjadi luas. Gunung Dempo memiliki dua puncak yang satunya bernama Puncak Api. Menjelang puncak pertama Dempo yang merupakan dataran masif, Puncak pertama ditumbuhi tanaman yang rendah mirip perdu. Dari puncak pertama ini kita turun kembali ke lembah yang diapit oleh puncak pertama dan puncak utama. Dilembah ini terdapat sebuah sumber mata air mengalir di sini. Hanya airnya yang jernih ini sedikit kecut rasanya, mungkin pengaruh rembesan belerang.
           Pendakian kepuncak utama tidak terlalu sulit. Lerengnya terdiri dari kerikil dan batu-batu dengan kemitingan lereng sekitar 40°, cukup stabil untuk didaki. Puncak utama gunung Dempo (3158 m), Merupakan kawah gunung berapi yang masih bergejolak dengan diameter sekitar seratus meter persegi. Dinding kawah cukup terjal dan tidak mungkin bisa dituruni tanpa batuan tali temali. Pemandangan dari puncak cukup mengasyikan. Selain kawah yang memberikan kesan khusus, tampak juga terhamparan provinsi Bengkulu dengan Lautan Hindia dengan hamparan lembah yang sunyi dan hening. Perjalanan turun hanya memakan waktu dua jam. Bila kemalaman anda bisa menginap di Dusun IV, dengan terlebih dahulu minta izin kepala keamanan di sana.